Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terus maju seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, dan itu adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan kita. Tentunya kita juga menyadari dan merasakan bahwa kemajuan teknologi telah memberikan banyak kemudahan bagi umat manusia dengan cara yang efektif dan nyaman.
Tantan, Tinder, Lovely, Okcupid, Happn, eHarmony, dan lainnya membantu Anda berkomunikasi, memesan makanan, berbelanja, dan bahkan menemukan pasangan. lainnya.
Namun, tanpa disadari bahwa kebudayaan manusia sedang mengalami perubahan besar akibat perkembangan teknologi, termasuk bidang ekonomi, sosial, dan bidang lainnya.
Hal ini terlihat pada pola gaya hidup masyarakat yang sangat mengandalkan teknologi informasi. Kecanduan ini membuat manusia menjadi budak teknologi, dan mereka tidak bisa lepas tanpa gadget mereka.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, Utusan Secur menyimpulkan bahwa siswa saat ini mengalami nomophobia, kecemasan dan ketakutan tidak memiliki ponsel.
Menurut hasil survei, 66% respondennya mengatakan mereka tidak bisa hidup tanpa ponsel mereka. Oleh karena itu, smartphone bisa sangat berbahaya jika penggunanya tidak menggunakannya dengan bijak.
Tantan adalah aplikasi perjodohan dari China yang dikembangkan oleh P1CN. Aplikasi jodoh ini ada di Indonesia sejak Juli 2018. Aplikasi jodoh ini ada di Indonesia sejak Juli 2018.
Dengan sistem swipe-and-match, Tantan memungkinkan dua penggunanya memulai percakapan saat mereka saling menyukai. Aplikasi perjodohan Tantan memungkinkan pengguna untuk mengatur lokasi saat ini untuk menghubungi pengguna Tantan di dekatnya. Pengguna juga dapat mengatur jarak dari kurang dari 1 kilometer hingga lebih dari 100 kilometer.
Dengan fungsi pengaturan jarak, pengguna cerpen dapat mencari lawan secara lebih luas, dan akan ditampilkan tidak hanya untuk pengguna cerpen di kota tetapi juga untuk pengguna cerpen di kota lain. Selain itu, ada kelompok usia yang dapat dipilih pengguna sehingga mereka dapat menemukan dan berinteraksi dengan orang yang mereka inginkan.
Sebelum bertemu langsung, pengguna TanTan berinteraksi secara online dan bertukar informasi tentang diri mereka sebagai proses membangun hubungan. Setelah pengguna merasa nyaman dan cocok, minta nomor whatsapp pasangan untuk pendekatan lebih lanjut dan kencan langsung.
Munculnya aplikasi Tantan telah mengubah cara Anda menemukan pasangan hidup dan belahan jiwa Anda. Dahulu, proses mencari pasangan dimulai dengan perkenalan tatap muka, dilanjutkan dengan fase pendekatan dengan pasangan, fase eksplorasi untuk saling mengenal, dan kemudian berkencan bersama.
Namun dengan aplikasi TanTan, Anda tidak perlu menghabiskan waktu untuk mencari pasangan. Pengguna TanTan dapat menemukan pasangan hidup mereka yang sempurna dalam sekejap. Namun, Anda tidak boleh bangga menggunakan aplikasi perjodohan seperti itu.
Padahal, aplikasi perjodohan seperti itu seringkali berdampak negatif terhadap moral dan karakter seseorang. Sudah banyak kejadian dimana korban pengguna TinTan ternyata berakibat fatal. Seperti kejadian dua hari lalu pada Jumat 17 Juni 2022, situs Liputan6 menyebutkan usianya “10 bulan”. Menikah, wanita Jambi mengakui suaminya sebagai seorang wanita, “posting.
Kasus bermula ketika korban berusia 22 tahun menggunakan aplikasi Tintin atas saran temannya untuk mencari pasangan. Ketika dia membuka aplikasi, dia akhirnya mendapat sinyal bahwa aplikasi itu juga memiliki suka.
Anaf Arafif adalah seorang wanita yang mengaku sebagai seorang pria untuk menikahi seorang wanita di Jambi. Saat ditemui, pria yang ternyata perempuan itu mengaku sebagai dokter spesialis bedah saraf dan pengusaha batu bara untuk PT Bomba Group, PT BAU, dan PT PAMA. Akhirnya, pria itu pergi ke rumah pacar Jambi dan mulai berkencan bersama dan mulai saling menyukai. Tak lama setelah itu, tiga bulan kemudian, mereka menikah satu demi satu dan identitas mereka hilang.
Setelah menikah, keluarga korban mencurigai pelaku (suami wanita). Mereka curiga dengan perilaku Aanaf Alafif yang selalu keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap. Suatu hari, ibu korban menyuruh menantu perempuannya untuk menanggalkan pakaian di depannya.
Pada akhirnya, Aanaf Arafif ternyata adalah wanita sejati yang menyamar sebagai pria. Berdasarkan pemeriksaan saksi-saksi di persidangan, seorang pria bernama Ahnaf Arrafif, seorang wanita yang menyamar sebagai pria bernama asli Erayani, diduga mengidap disleksia seksual, yakni homoseksual.
Tapi dia mengaku sebagai dokter dan pengusaha batu bara, jadi tentu ada unsur penipuan dalam kasus ini. Bahkan, orang tua korban senang memiliki mertua dan pengusaha batu bara.
Namun kenyataannya, pria tersebut tidak pernah sekolah dan Rahat hanya tamatan SMA di Palembang. Korban bersaksi bahwa dia telah kehilangan pernikahannya dengan suaminya. Ia merasa reputasi dan semangatnya telah dicemarkan oleh Anaf Arafif.
Selain itu, dia juga mengakui bahwa seorang wanita yang mengaku sebagai suaminya berselingkuh dan kehilangan Rp300 juta selama 10 bulan tinggal bersamanya.
Keberadaan teknologi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Kemajuan teknologi dapat mengubah pola hubungan dan interaksi. Perkembangannya begitu pesat sehingga manusia mungkin tidak sempat beradaptasi dengan kemajuan tersebut.
Akibatnya, anomi muncul di masyarakat karena mereka tidak memiliki pemahaman yang jelas tentang kehidupan. Mereka yang tidak bisa menguasai teknologi mengalami ketertinggalan budaya yang mengancam eksistensinya. Di satu sisi, kemajuan teknologi memiliki banyak dampak positif yang memudahkan manusia dalam memenuhi segala kebutuhannya. Namun, di sisi lain, kemajuan teknologi membawa dampak negatif bagi kepribadian manusia.
Oleh karena itu, teknologi harus digunakan dengan bijak. Anda tidak harus menerima begitu saja, tetapi Anda harus menganalisis dan mempertimbangkannya terlebih dahulu. Jika sudah menemukan jodoh lewat aplikasi online, jangan terlalu membual.
Cukup masukkan nama, usia, pekerjaan, dan hobi favorit Anda untuk menemukan pasangan hidup Anda dalam waktu singkat. Banyak orang berbohong dari data. Saya tidak tahu siapa pelakunya. Ada begitu banyak elemen penipuan, dan penggunaannya pada akhirnya hanya merusak jiwa korban dan rasa trauma yang sulit dihilangkan. Jangan mudah hanyut oleh kenyamanan instan dan kehilangan uang di kemudian hari. Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa teknologi selalu memiliki dua wajah. Terkadang sekutu, terkadang musuh.